Kemarahan dan tindakan yang kadang di luar logis memang sudah menjadi tumpuhan dan luapan rakyat belakangan ini akan apa yang terjadi pada negrinya. Dan wajar saja jika tindakan-tindakan mereka kadang di anggap sebagai salah satu tidakan heroik, tindakan yang dibutuhkan bangsa ini untuk menyentil pemerintah akan kelambatannya pada pemenuhan kebutuhan rakyat dan bahkan pada kasus-kasus yang belum juga tuntas.
Rakyat vs Polisi
Ada 3 kasus yang menyita pikiran saya yang belum juga tuntas diselidiki sang pelayan masyarakat(pasti tau lah ya).
Pertama : Kasus kehilangan mobil di kawasan Ancol. 5 Mei 2009. Polisi datang ke TKP dengan tampangnya yg garang, membawa saya dan teman-teman ke kantor polisi (agak keren, karna sirenenya buat semua minggir, sebagai orang yg ada di dalam mobil rasanya keren, tapi kalo saya yg sering ngalamin di jalan, saya sebel, kenapa harus minggir, sama-samalah nikmatin macet) dan teman yang memiliki mobil membuat BAP. Dan sampai detik ini saya menurunkan berita ini, mobil tak kunjung kembali dan bahkan kejelasan kasus Blur....
Kedua: 10 July 2010. Adik saya kehilangan benda-benda kesayangannya di kosannya, 2 hp, satu set pedal drum, tas kuliah, dompet berisi uang, KTP, beberapa ATM, dengan keadaan kamar yang berantakan. Kesekokan harinya adik saya melapor ke polisi, dan seorang polisi datang ke TKP. Saya enggak tau ya sebenarnya kinerja polisi bagaimana, tapi apakah menyelidik sampai ke sidik jari di lokasi dan bertanya ke orang-orang sekitar lokasi, or whatever dude, that's ur job. Adik saya mencurigai seorang temannya yang memiliki kunci, dan sudah mendapat somasi dan sudah di periksa oleh polisi. Polisi mengungkapkan kecurigaan dan ketidakpercayaan kepada orang yang di curigai tersebut, namun sampai detik ini yang dicurigai tidak diminta sidik jari, dan mungkin saja masih menemple di lemari dan kotak pedal adik saya. Saya memang muvi freak, yang melihat kecepatan dan ketepatan FBI, polisi luar dalam bertindak pada suatu kasuu, dan sudah pasti memiliki hasil memuaskan.
Ketiga: Awalnya kasus century yang masuk dalam daftar ketiga dalam pikiran saya, kasus dimana uang yang sebegitu banyaknya raib entah kemana, dan malangnya korban yang kehilangan uang yang meminta keadilan.Saya coret kasus ini. Saya lebih sedih melihat seorang bapak bernama Indra Azwan. Pria setengah baya yang memperjuangkan keadilan buat anaknya yang meninggal 17 tahun yang lalu yang ditabrak oleh seorang okmun polisi. Ironis melihatnya. Hanya menunggu maaf yang diucapkan oleh sang aparat, namun sampai kini, sang bapak dengan terpaksa melakukan aksi jalan dari Malang ke depan istana kepresidenan di Jakarta.
Apa yang saya rasakan memang tidak seberat apa yang dirasakan teman saya yang kehilangan mobil apalagi yang dirasakan bapak Indra. Namun, kasus adik saya ini bisa jadi patokan akan penyelesaian kasus-kasus di negri ini. Jujur, Adil, Tegas. Pong Hariyatmo, pantas menyandang heroik atas aksinya. Karna menurut saya yang dibutuhkan negri ini bukan polisi namun super hero, orang yang melakukan aksi kebenaran dan menuntut keadilan tidak berasaskan uang namun kedamaian.
Emang dimana sih letak keadilan itu????
Entahlah. lenyap mungkin, secepat flush toilet. Damn.
"i'm working on my own way"_dmn_
0 comments:
Posting Komentar