Harinya
Apa yang terjadi di april tahun tahun lalu? Tahun sebelumnya? Dua tahun sebelumnya?
Ah….mengingatnya sama dengan kerugian. Intaian-intaian sang kisah sudah menunggu saya di siang penuh tanda tanya ini. Tanda tanya akan cuaca yang mau turun hujan atau pun suasana tenang. Lantunan lagu keras itu membangunkanku. Dari mimpi yang tak ingin aku tinggalkan. Ada kehidupan disana. Setidaknya kehidupanku disana jauh lebih menyenangkan. Ah..namanya juga mimpi. Siapa yang tak ingin hidup di dalamnya. Bocah itu selalu menggangu mimpiku, sama seperti menggangu hidup nyataku. Oh, Tuhan.
Pelik rasanya. Entah ada apa hari ini. Ada banyak delusi yang terekam. Tapi tak ingin satu pun dimainkan dan memiliki episode yang lebih panjang. Reruntuhan kisah indah hari ini tampak menguras rasa.
Masih ingin melanjut mimpi sebenarnya, tapi mata tak bisa bekerjasama dengan baik dengan perut. Ada yang lebih aku butuhkan. Kopi. Kaki melangkah pasti pada toples biru itu. Tempat biasa dimana aromanya ditutup rapat agar tak selalu menggugah rasa. Dan…. Tak ada yang lebih naas dari kehabisan si hitam pekat yang menemani pagi. Ah..rasanya tak ingin melanjutkan hari ini.
Mungkin Bobo,si anjing pintar yang sudah menemani selama hampir lima tahun itu, bisa mengurangi beban. “Dear Bobobobobo…..come come…”. Kemana dia hari ini? Kenapa hanya ada talinya saja di kandangnya? Ah…keringat dingin jadinya. Baru tadi malam, diberikan makanan enak yang aku beli dari supermarket. Mahal, dan bergizi menurut bungkusnya. Damn….apa si penjagal di samping sudah berhasil mengambil bobo? Segala sumpah serapah dan demi roh suci bobo aku guyurkan pada si penjagal bermata satu itu. Mulutnya yang busuk, hatinya yang busuk, tangannya yang busuk. Semua busuk. Bukankah dia yang seharusnya dijagal. Kehilangan bobo bagai kehilangan arah dalam hidup. Bobo itu bagaikan jiwa keduaku. Pelengkap hidupku. Pemanis pahitku. Sekali lagi, aku ucapkan sumpah serapah pada si tukang jagal biadap itu. Lihat saja, walau bobo manisku kuberi makan nikmat dan sehat, kau akan berakhir juga di penjagalanmu. Hanya menunggu waktu.
Aku tak perlu mengkremasi bobo, aku tak perlu menghadiri makam bobo, aku tak perlu menabur bunga di kuburan bobo. Bagaimana bisa? Tulangnya pun pasti sudah dinikmati bersama wortel dan juga kentang di atas panik hitamnya yang sudah menghitam.
Kudatangi Alona. Sudah lima tahun pula dia mendengar kisah-kisahku. Tampaknya dia dikutuk dewa dewi mendengar segala pahitnya hidup dariku. Tapi hari ini, dia juga tak bisa membantu banyak. Ada kisah lain yang tertoreh di batinnya, yang membuat lukaku hanya ibarat goresan di lutut. Tak terasa….
Ah..sial. aku pulang dengan langkah ragu-ragu. Aku melihat orang –orang yang tampak berbeda. Kostum mereka. Aneh, ini kan bukan hari Jumat. Dimana, setelah insiden pencurian batik yang konon dihebohkan-dan berhasil membatikkan Jumat. Wanita-wanita berkonde dan berkebaya dimana-mana. Apa ada pesta nikahan masal? Saat aku lihat acara tv. Aku baru tau, hari ini adalah hari kartini. Well, Selamat hari kartini bagiku, kalau begitu.
***
xoxo
DeMiNa